Kamis, 17 Maret 2011

S E L


S E L

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Dengan adanya mata kuliah Fisiologi Hewan Air tentunya menuntut mahasiswa untuk mengetahui dan memahami struktur dan penyusun tubuh dari hewan yang dipelajari. Berawal dari hal itu salah satu hal yang bisa melatih kreatifitas mahasiswa adalah tugas yang diberikan setelah kuliah tatap muka. Dalam hal ini tugas yang diberikan adalah struktur penyusun tubuh yang paling sederhana adalah sel dan organel untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai sel dan organel beserta fungsi dan manfaatnya.

1.2  Identifikasi masalah
Dalam ilmu pengetahuan tentunya akan dipertanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan material penyusun tubuh makhluk hidup dan diantaranya adalah sel. Lalu apakah sel itu, dan apa penyusun sebuah sel serta fungsinya bagi kehidupan makhluk hidup?.

1.3  Tujuan
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas tentunya dalam makalah ini akan sedikit diuraikan mengenai sel dan organel penyusunnya. Maka dengan adanya makalah ini penyusun berharap agar wawasan setiap pembaca akan bertambah. Dan tentunya untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen pengajar mata kuliah Fisiologi hewan air.



BAB II ISI

2.1 Definisi
Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Dari kupu-kupu hingga kanguru, dari pohon kelapa hingga cemara semua tersusun atas sel. Makhluk hidup ada yang tersusun dari satu sel saja, disebut organisme uniseluler, dan ada makhluk hidup yang tersusun lebih dari satu sel, disebut organisme multiseluler.

Sel meskipun memiliki ukuran sangat kecil, sel tergolong luar biasa. Kenapa? Sel bagai sebuah pabrik yang senantiasa bekerja agar kehidupan terus berlangsung. Ada bagian sel yang berfungsi menghasilkan energi, ada yang bertanggung jawab terhadap perbanyakan sel, dan ada bagian yang menyeleksi lalu lintas zat masuk dan keluar sel. Dengan mempelajari komponen sel, kita akan dapat memahami fungsi sel bagi kehidupan.

Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke (yang hidup pada 1635-1703). Hooke (pada tahun 1665) mengamati sel gabus dengan menggunakan mikroskop sederhana. Ternyata sel gabus tersebut tampak seperti ruangan-ruangan kecil. Maka, dipilihlah kata dari bahasa Latin yaitu cellula yang berarti kamar kecil untuk menamai objek yang ditemukannya itu.

Seiring dengan perkembangan teknologi, kini diketahui sel memiliki sistem hidup yang kompleks. Memang Tuhan luar biasa dalam menciptakan sesuatu. Sesuatu yang kecil ternyata memiliki sistem yang sangat rumit. Semua bekerja sebagaimana tugasnya. Tidak ada yang sia-sia apa yang Tuhan ciptakan. Kita yang berkewajiban ‘membaca’ (mempelajarinya).

2.2 Teori Tentang Sel

Ø  Robert Hooke (Inggris, 1665) meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Hasil pengamatannya ditemukan rongga-rongga yang disebut sel (cellula)
Ø   Hanstein (1880) menyatakan bahwa sel tidak hanya berarti cytos (tempat yang berongga), tetapi juga berarti cella (kantong yang berisi)
Ø  Felix Durjadin (Prancis, 1835) meneliti beberapa jenis sel hidup dan menemukan isi dalam, rongga sel tersebut yang penyusunnya disebut “Sarcode”
Ø  Johanes Purkinje (1787-1869) mengadakan perubahan nama Sarcode menjadi Protoplasma
Ø  Matthias Schleiden (ahli botani) dan Theodore Schwann (ahli zoologi) tahun 1838 menemukan adanya kesamaan yang terdapat pada strukturjaringan tumbuhan dan hewan. Mereka mengajukan konsep bahwa makhluk hidup terdiri atas sel . konsep yang diajukan tersebut menunjukkan bahwa sel merupakan satuan structural makhluk hidup.
Ø  Robert Brown (Scotlandia, 1831) menemukan benda kecil yang melayang-layang pada protoplasma yaitu inti (nucleus)
Ø  Max Shultze (1825-1874) ahli anatomi menyatakan sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup.
Ø  Rudolf Virchow (1858) menyatakan bahwa setiap cel berasal dari cel sebelumnya (omnis celulla ex celulla)


Macam-macam Sel Berdasarkan Keadaan Inti
a.       sel prokarion, sel yang intinya tidak memiliki membran, materi inti tersebar dalam sitoplasma (sel yang memiliki satu system membran. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bakteri dan alga biru.
b.      sel eukarion, sel yang intinya memiliki membran. Materi inti dibatasi oleh satu system membran terpisah dari sitoplasma. Yang termasuk kelompok ini adalah semua makhluk hidup kecuali bakteri dan alga biru.

Struktur sel prokariotik lebih sederhana dibandingkan struktur sel eukariotik. Akan tetapi, sel prokariotik mempunyai ribosom (tempat protein dibentuk) yang sangat banyak. Sel prokariotik dan sel eukariotik memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut :

      Sel Prokariotik
·         Tidak memiliki inti sel yang jelas karena tidak memiliki membran inti sel yang dinamakan nucleoid
·         Organel-organelnya tidak dibatasi membran
·         Membran sel tersusun atas senyawa peptidoglikan
·         Diameter sel antara 1-10mm
·         Mengandung 4 subunit RNA polymerase
·         Susunan kromosomnya sirkuler

Sel Eukariotik
·         Memiliki inti sel yang dibatasi oleh membran inti dan dinamakan nucleus
·         Organel-organelnya dibatasi membran
·         Membran selnya tersusun atas fosfolipid
·         Diameter selnya antara 10-100mm
·         Mengandungbanyak subunit RNA polymerase
·         Susunan kromosomnya linier

Macam Sel Berdasarkan Keadaan Kromosom dan Fungsinya
a. Sel Somatis, sel yang menyusun tubuh dan bersifat diploid
b. Sel Germinal. sel kelamin yang berfungsi untuk reproduksi dan bersifat haploid
Bagian-bagian Sel
·         Bagian hidup(komponen protoplasma), terdiri atas inti dan sitoplasma termasuk cairan dan struktur sel seperti : mitokondria, badan golgi, dll
·         Bagian mati (inklusio), terdiri atas dinding sel dan isi vakuola

mari kita bahas masing-masing bagian satu per satu
a.      Dinding sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel terdiri daripada selulosa yang kuat yang dapat memberikan sokongan, perlindungan, dan untuk mengekalkan bentuk sel. Terdapat liang pada dinding sel untuk membenarkan pertukaran bahan di luar dengan bahan di dalam sel.
Dinding sel juga berfungsi untuk menyokong tumbuhan yang tidak berkayu.
Dinding sel terdiri dari Selulosa (sebagian besar), hemiselulosa, pektin, lignin, kitin, garam karbonat dan silikat dari Ca dan Mg.

b.      Membran Plasma
Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma. Membran sel membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua lapis lipid (lipid bilayer) dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel.

Struktur membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan Nicholson pada tahun 1972. Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.

Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.

Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.

c.       Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah “pembangkit tenaga” bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper, 2000].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani ?-oksidasi menghasilkan Asetil KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi ?-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium

d.      Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
§  Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.
§  Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia.
§  Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).

e.       Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang bernama Camillo Golgi.
beberapa fungsi badan golgi antara lain :
1.      Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2.      Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.
3.      Membentuk dinding sel tumbuhan
4.      Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5.      Tempat untuk memodifikasi protein
6.      Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7.      Untuk membentuk lisosom

f.       Retikulum Endoplasma
RETIKULUM ENDOPLASMA (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel hewan eukariotik. Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).
Ada tiga jenis retikulum endoplasma:
RE kasar Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein.
RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel.
RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.

g.      Nukleus
Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang membentuk genom inti sel. Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut dan mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus juga berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel, memproduksi mRNA untuk mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri.

h.      Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan. ada tiga macam plastida, yaitu :
§  leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung)
§  kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a dan b (untuk fotosintesis), xantofil, dan karoten
§  kromoplast : plastida yang banyak mengandung karoten


i.        Sentriol (sentrosom)
Sentorom merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol (sepasang sentriol) yang terjadi ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak ke bagian kutub-kutub sel yang sedang membelah. Pada siklus sel di tahapan interfase, terdapat fase S yang terdiri dari tahap duplikasi kromoseom, kondensasi kromoson, dan duplikasi sentrosom.
Terdapat sejumlah fase tersendiri dalam duplikasi sentrosom, dimulai dengan G1 dimana sepasang sentriol akan terpisah sejauh beberapa mikrometer. Kemudian dilanjutkan dengan S, yaitu sentirol anak akan mulai terbentuk sehingga nanti akan menjadi dua pasang sentriol. Fase G2 merupakan tahapan ketika sentriol anak yang baru terbentuk tadi telah memanjang. Terakhir ialah fase M dimana sentriol bergerak ke kutub-kutub pembelahan dan berlekatan dengan mikrotubula yang tersusun atas benang-benang spindel.

j.        Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
fungsi vakuola adalah :
1. memelihara tekanan osmotik sel
2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll
3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel

Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan
1. Sel Hewan :
* tidak memiliki dinding sel
* tidak memiliki butir plastida
* bentuk tidak tetap karena hanya memiliki membran sel yang keadaannya tidak kaku
* jumlah mitokondria relatif banyak
* vakuolanya banyak dengan ukuran yang relatif kecil
* sentrosom dan sentriol tampak jelas

2. Sel Tumbuhan
* memiliki dinding sel
* memiliki butir plastida
* bentuk tetap karena memiliki dinding sel yang terbuat dari cellulosa
* jumlah mitokondria relatif sedikit karena fungsinya dibantu oleh butir plastida
* vakuola sedikit tapi ukurannya besar
* sentrosom dan sentriolnya tidak jelas


BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semua makhluk hidup dibumi ini tersusun dari sel dan sel ini tersusun dari beberapa organel diantaranya : Nukleus, Nukleolus, Ribosom, Vesikel, Retikulum endoplasma, Badan Golgi, Sitoskeleton, Mitokondria, Vakuola, Sitoplasma, Lisosom, Sentriol dll.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kekurangan maka penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama.

HIBRIDISASI IKAN NILA


REKAYASA HIBRIDISASI IKAN NILA

Abstrak
Secara genetik, nila memiliki nilai heritabilitas (h2) yang rendah. Dengan keadaan ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa seleksi tidak terlalu efektif untuk meningkatkan kualitas turunannya. Cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi adalah dengan hibridisasi. Oleh karena itu pada tahun anggaran 2003 kegiatan ini dilakukan. Beberapa strain yang digunakan dalam hibridisasi antara lain nila hitam Chitralada dan Aurea, nila merah albino dan nila putih.
Data perbandingan pertumbuhan persilangan nila putih (P) betina dengan nila merah albino (M) jantan atau SPM dan persilangan nila merah albino (M) betina dengan nila putih (P) jantan atau SMP dengan ukuran tebar awal tiap jaring adalah 3 gram dengan padat tebar 24,5 ekor/m3 dengan lama pengamatan tujuh bulan, tidak berbeda nyata. Pola warna pada SPM memiliki komposisi warna putih sebanyak 62,31%. Komposisi ini lebih besar dari nila SMP dan diduga memungkinkan untuk dilaksanakan persilangan lebih lanjut dengan nila hitam. Namun demikian, secara ilmiah perlu dibuktikan untuk mendapatkan pola persilangan yang memungkinkan dalam kegiatan produksi nila merah hibrida secara massal.
Secara genotipe, pola gonosom ikan nila hitam Chitralada (C) adalah XX untuk betina dan XY untuk jantan. Hal ini sama dengan pola pada nila hitam dan nila merah. Sedangkan Aureus (A) memiliki pola WZ untuk betina dan ZZ untuk jantan. Hasil analisa gonad menunjukkan bahwa, persentase nila berjenis kelamin jantan hasil persilangan betina Aureus dengan jantan Chitralada (SCA) adalah 85%, sedangkan hasil persilangan betina Aureus dengan jantan Chitralada (SAC) sebesar 60 %. Dengan demikian, persilangan Chitralada betina dengan Aureus jantan dapat digunakan untuk memproduksi benih nila kelamin jantan secara massal. Berdasarkan data analisa anak inti (nucleolus) dan kromosom, jumlah maksimal anak inti untuk ikan nila sebanyak 4 buah. Sedangkan jumlah kromosom nila berjumlah 44 buah.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang
Perkembangan dalam pembudidayaan nila merupakan sisi positif yang sangat diharapkan terutama berkenaan dengan program Inbudkan. Namun tentu saja perkembangan tersebut perlu disikapi secara arif dan antisipatif. Hal ini tidak lain karena secara genetik, ikan nila yang berkembang di Indonesia relatif cepat mengalami penurunan. Yang mudah diamati adalah penampakan secara kuantitatif dari karakter pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, tingkat kelangsungan hidup, benuk tubuh dan abnormalitas atau secara kualitatif dari karakter warna tubuh. Contohnya antara lain : a) Ikan nila merah (Oreochromis sp.) didatangkan ke Indonesia tahun 1981. Dalam waktu kurang dari 10 tahun (tepatnya awal 1990 an) tampilan warnanya sudah mengalami penurunan bahkan sudah banyak yang muncul bercak hitam pada tubuhnya; b) Nila GIFT (Oreochromis niloticus) didatangkan tahun 1994. Data tahun 2001 berdasarkan laporan petani Karamba Jaring Apung (KJA) Cirata menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembesaran benih ukuran 10 gram/ekor menjadi ukuran konsumsi 300 gram/ekor memerlukan waktu 120 hari, padahal sebelumnya hanya perlu waktu 90 hari. Dari segi FCR, nilai yang semula 1,5 saat ini mencapai 1,8. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Pepen Efendi, pembenih di kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa pada tahun 19961997 dengan penebaran larva nila GIFT sebanyak 1 liter (± 40.000 ekor) selama 60 hari memperoleh hasil sebanyak 80100 kg fingerling. Sedangkan saat ini dengan pola pemeliharaan yang sama, hasil yang diperoleh hanya 2530 kg.  Namun demikian, data hasil pendederan larva hasil pemijahan induk dari BBAT Sukabumi yang didederkan di lahan petani Ciandam, Sukaraja menunjukkan
bahwa dari satu liter larva mampu menghasilkan benih sangkal (umur 60 hari) sebanyak 120 kg dan 160 kg. Penurunan kualitas genetik yang terjadi di beberapa petani dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya (1) kualitas induk awal, (2) silang dalam, (3) seleksi induk yang salah, (4) jumlah induk yang terbatas dan atau (5) induk yang digunakan merupakan ikan hibrid.  Secara genetik, nila memiliki nilai heritabilitas (h2) yang rendah. Dengan keadaan ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa seleksi tidak terlalu efektif untuk meningkatkan kualitas turunannya. Cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi adalah dengan hibridisasi. Oleh karena itu pada tahun anggaran 2003 kegiatan ini dilakukan. Beberapa strain yang digunakan dalam hibridisasi antara lain nila hitam Chitralada dan Aurea, nila merah albino dan nila putih.


1.2. Tujuan dan Target
Tujuan kegiatan perekayasaan ini adalah melakukan hibridisasi ikan nila hitam Chitralada (C) dan Aurea (A) secara resiprokal, nila merah albino (M) dan nila putih (P) secara resiprokal, mendapatkan kombinasi hibrid yang unggul dalam pertumbuhan dan kombinasi hibrid yang menghasilkan nila dominan jantan. Target perolehan ikan nila hibrida hasil uji sebanyak 10.000 ekor ukuran 100 gram/ekor.

2. Metodologi

2.1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan terdiri dari induk ikan nila hitam Chitralada dan Aurea, induk nila merah albino, induk nila putih, pakan induk, pakan benih, pakan pembesaran, pupuk kandang, kapur tohor, bahan analisa nucleolus (etanol, asam asetat glacial, gelatin, gliserin, asam formiat dan perak nitrat), bahan analisa kromosom (KCl, FBS, HEPES dll.) serta obatobatan. Sedangkan alat dan wadah yang digunakan antara lain peralatan lapang perikanan (lambit, waring, ayakan dll.), kolam, bak beton, akuarium, mikroskop, kotak pewarnaan dan alat ukur timbang.
2.2. Prosedur Kerja
2.2.1. Pengelolaan Induk
Induk yang digunakan dalam kegiatan terlebih dahulu diseleksi berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina. Induk jantan dan betina hasil seleksi ditempatkan dalam bak beton secara terpisah. Induk hasil seleksi dipelihara selama 10 hari untuk pematangan gonad. Pakan yang diberikan selama pematangan gonad berupa pellet dengan kandungan protein 2628 % dengan dosis 3%/bobot biomas/hari.

2.2.2. Hibridisasi
Proses hibrid dilakukan dalam bak pemijahan. Ikan nila yang dihibrid adalah strain Chitralada dengan Aureus dan nila merah albino dengan nila putih. Pakan yang diberikan terhadap induk yang dipijahkan adalah pellet dengan kandungan protein 28% dengan dosis 3%/bobot biomas/hari. Pemanenan larva hasil pemijahan dilakukan setiap 1015 hari sekali. Larva yang diperoleh diseleksi (grading) untuk mendapatkan ukuran yang relatif seragam.

2.2.3. Pendederan I
Pendederan I dilakukan dalam hapa ukuran 2x2x1 m dengan padat tebar 500 ekor/m2. Lama pemeliharaan dalam pendederan I adalah 30 hari. Dosis pemberian pakan dalam pendederan I dengan dosis 20%/ bobot biomas/hari.
2.2.4. Pendederan II dan III
Wadah yang digunakan adalah hapa hitam berukuran 2x2x1 m. Menebarkan benih dengan kepadatan 125 ekor/m3. Pemeliharaan benih di P II dan P III masingmasing selama 60 hari. Dosis pemberian pakan adalah 10%/bobot biomas/hari untuk 30 hari pertama dan 5%/bobot biomas/hari untuk 30 hari kedua dengan frekuensi tiga kali/hari.
2.2.5. Pembesaran
Wadah yang digunakan adalah keramba jaring apung yang terletak di waduk Cirata, Cianjur. Padat tebar untuk kegiatan pembesaran dengan kepadatan 50 ekor/m3. Pemberian pakan selama pembesaran menggunakan dosis 34 %/bobot biomas/hari. Frekuensi pemberian pakan adalah tiga kali/hari. Mendata parameter kelangsungan hidup (%), FCR dan laju pertumbuhan.

3. Hasil dan Pembahasan

Hibridisasi merupakan perkawinan antar jenis (dalam satu famili), atau antar strain yang bertujuan untuk mendapatkan benih hibrida yang lebih cepat pertumbuhannya daripada kedua induknya (hibrid vigor). Heterosis tidak selalu terjadi bila dilakukan hibridisasi dan efeknya hanya dapat diketahui melaluiserangkaian percobaan. Saat ini BBAT Sukabumi memiliki spesies nila yang memungkinkan untuk dilakukan hibridisasi, yakni nila merah albino dengan nila putih, nila hitam Chitralada (Oreochromis niloticus) dengan Aureus (Oreochromis aureus). Hibridisasi antara nila merah albino dengan nila putih bertujuan untuk mendapatkan informasi pola pertumbuhan dan pola warna pada hibridanya. Disamping itu juga memiliki fungsi meningkatkan keragaman genetik, memungkinkan untuk menghasilkan nila merah jika di silangkan kembali dengan nila hitam serta memungkinkan untuk meningkatkan pola pertumbuhan melalui efek heterosis.
Secara genotipe, pola gonosom ikan nila hitam Chitralada adalah XX (betina) dan XY (jantan). Hal ini sama dengan pola pada nila hitam dan nila merah. Sedangkan nila Aureus memiliki pola WZ (betina) dan ZZ (jantan). Persilangan antara O.niloticus dan O. aureus bertujuan untuk menghasilkan turunan dominan jantan tanpa penggunaan hormon. Popma and Lovshin (1994) menyatakan bahwa persilangan ikan terseut dapat menghasilkan nisbah kelamin jantan sebanyak 8599%. 
Hasil analisa gonad menunjukkan bahwa, persentase nila jantan hibrida SCA adalah 85%, sedangkan hibrida SAC sebesar 60 %. Rasio jenis kelamin jantan dan betina ini dihitung berdasarkan hasil analisa gonad dengan metoda pewarnaan asetokarmin. Melalui pengamatan mikroskopis, terlihat bahwa bakal sel sperma tampak kecil berupa bintik merah yang meyebar dan gonad tampak berumbairumbai. Sedangkan pada gonad betina, bakal sel telur berbentuk bulat dengan inti di tengah. Ukuran yang bervariasi menunjukkan tingkat kematangan yang berbedabeda. Berdasarkan data analisa nucleolus dan SISTEM XY ♀ XX SISTEM WZ ♂ ZZ O. niloticus O. aureus SEMUA XZ kromosom, jumlah maksimal nucleoli untuk ikan nila sebanyak 4 buah. Sedangkan jumlah kromosom nila berjumlah 44 buah.

4. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan data hasil kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan nila SPM dan SMP tidak berbeda nyata. Pola warna putih pada nila SPM (62,31%) lebih banyak dibandingkan dengan SMP (40,40). Benih hibrida SCA menghasilkan nisbah kelamin jantan sebesar 85%. Dengan demikian persilangan Chitralada betina dengan Aureus jantan dapat digunakan untuk memproduksi benih nila kelamin jantan secara massal. Melalui data persilangan SPM dan SMP, perlu dilakukan uji lanjutan untuk mendapatkan data pola warna nila hibrida jika disilangkan dengan nila hitam. Berdasarkan data analisa nucleolus dan kromosom, jumlah maksimal nucleoli untuk ikan nila sebanyak 4 buah. Sedangkan jumlah kromosom nila berjumlah 44 buah.
Ini adalah Pengurus UKM Pramuka Periode 2011
Pasukan Penakluk Kendang

Pelepasan MOKPAB XLVII 11 Maret 2011


Together with CAANG




Aku Yang Menanti Malam Berlalu

Aku yang menanti malam berlalu
Tak juga dapat memejamkan mata
Terlintas seluruh bayangmu
Melayang menebar rindu-rindu

Aku yang menanti malam berlalu
Bahkan tak ingin memejamkan mata
Terbayang rasa sepi
Bila kau tak hadir dalam mimpi

Aku yang menanti malam berlalu
Berharap akan indahnya hari-hari
Bila saat aku terbangun
Ada dirimu disisiku menenami 

selamat pagi


Selamat pagi, bening
Aku menyapamu seperti itu
Padahal hari sudah siang
Nyata dari dedaunan
Yang nampak riang
Namun matahari masih setia menatap diri
Mengurai tawa dan tangis disini
Arungi rahasia

Selamat pagi, bening
Aku menyapamu seperti itu
Padahal rimbunan gunung terbentang diantara kota-kota
Luas lautanpun susah diraba
Namun kupu-kupu lucu menari indah di kelopak mata
Tidaklah dosa rasanya
karena aku tak berdaya

Selamat pagi, bening
sayup-sayup masih terdengar
alunan kicau burung nan merdu
bagai mengalun senyum di dalam kalbu
meneriakkan sejuta rasa di dalam dada
memaksaku untuk berdaya
mengundang karya dan upaya

Selamat pagi, pagi
Dirimu selalu kukagumi
Dari ungu jadi biru
Dari jauh kau teramat teduh
Biarlah sang hari-hari
Tidurkan rindu didepan perapian tungku

Selamat pagi, pagi
Kuncup bunga api menari disini
Dimusim yang tengadah
Mengusung resah
Menunggu tetesan hujan diatas tanah
Cerita kehidupan tak boleh punah

Selamat pagi...